NOSTALGI(L)A PUTIH ABU-ABU
Foto kenangan bersama wali kelas XII IPA 3, Ibu Wulan pada tahun 2009 lalu
Bagian ini berkisah tentang kegilaanku waktu SMA. Yah, sekitar 8 tahun yang lalu. Ah, jadi kangen pengen pake baju putih abu-abu. Masih muat gak ya? Dan sepertinya saya kena tula deh, gara-gara sering bandel dengan guru-gur SMA dulu. Dan sekarang Allah yang membalasnya... Hemm.. mending berkhusnuzhon saja dueh... Yup, jadi guru di SMA membuatku cukup insyaf dengan kenakalan anak SMA zaman sekarang.
Baiklah, ini nostalgi(L)aku waktu SMA? Kenapa nostalgi(L)a? Penasaran? Yakin? Okeh, silahkan temukan sendiri kegilaanku bersama keluarga PALU (IPA TELU SMAN 1 GRATI PASURUAN). *Ups sebut merek. Ampuni saya jika sebagai alumni mencemarkan nama baik sekolah,, piss!!
Satu ucapan yang tak pernah berhenti mengalir dari bibirku. Adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah, atas berjuta anugerah yang telah Dia diberikan kepadaku. Tak lupa juga, kepada sosok wanita tangguh yang selalu ada di sampingku. Ibu. Ibu, terima kasih atas semuanya, maaf kalau belum bisa membahagiakan ibu. Untuk Ayah, terima kasih karena telah membuatku lebih kuat dan tangguh. Budhe, trima kasih telah mempermudah jalan saya dalam mencari ilmu. Dan, untuk sahabatku Palu (singkatan dari XII IPA telu) di SMAN 1 GRATI. Subhanalloh, begitu indahnya persahabatan kita. Masa-masa indah telah kita lalui bersama. Masa sulit kita lewati bersama. Tak ada kata yang lebih pantas untuk menggambarkan persahabatan palu selain wonderful, amazing, subhanalloh.
Palu, sebuah kelas yang berisi orang-orang hebat(lumayan banyak), genius(jarang), cerdas(kayaknya gak ada), dan kurang cerdas(hampir semua he…he). Disitulah hidup manusia-manusia yang ajaib. Kami tak sengaja dipertemukan dalam sebuah ruang kelas XI. Di hari pertama, kita cukup sadar diri bahwa kita berada di kelas IPA yang identik dengan pintar, rajin, pendiam, dan gak suka macem-macem. Tapi, kebusukan mulai terungkap. Setelah 3 hari mempertahankan, atau yang lebih tepat menahan, kita sudah tidak peduli dengan sebutan IPA. Kita mulai kembali ke kodrat masing-masing, bahwa kita memiliki karakter dan sifat yang tidak bisa di sebut “anak IPA”. Apalagi setelah kedatangan Taufik, sang sesepuh Palu, membuat “karakter bukan anak IPA” yang kita miliki semakin terbina.
Saya menulis ini bukan bermaksud untuk menyakiti orang lain, memojokkan suatu pihak, ataupun membuat masa depan orang lain terancam. Saya hanya ingin berbagi dan bernosalgia mengenai peristiwa yang terjadi ketika saya duduk di bangku SMA. Saya merasa bahwa terlalu sayang jika kenangan ini hanya dibiarkan hingga hilang digerus usia dan keterbatasan daya ingat.
Para pemain palu...
1.Halimatus Sakdeyah
Sebut saja dengan Mawar, Eh.... makdsudnya Diyah. Saya lahir di Pasuruan 5 Juli 1991 dengan kondisi sehat wal’afiat tanpa kekurangan apapun. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Wanita dengan kondisi tubuh yang subur ini terkadang dipanggil bernama Halimatus Sakdeyah. Jangan tanya kenapa “deyah” pake “e” kok gak pake “i” jadinya “diyah”! Itu adalah kesalahan penulisan ijazah waktu SD (Gak penting banget deh,..). Temen-temen biasa manggil “kentus, enchus, diyah, sakde, jason, indah, atau Anna Althofunnisa( Aku lebih nyaman kalo dipanggil nama yang terakhir kusebutkan itu hwehwe..)
2.Nur Sufro Kamalia
Yang ini namanya sufro.,, dia rajin banget pergi ke sekolah. Biarpun tubuhnya kecil imut, tapi dia bisa membuat cowok-cowok tergila-gila kepadanya. Buktinya hampir satu kelas anak kelas sebelah pada ngefans ama dia. Sampai ada perang antar teman untuk merebutkan dia. Selain itu, yang menambah nilai pluss dia adalah, otakknya yang encer,,..
3.Putri Eka Devi Anugrah Raharjo
udah cantik, putih, pinter, gaul lagi,,,...
apa seeh yang kurang dengannya? (kurang gemuk... hwekekek)
Putri Eka Devi Anugrah Raharjo adalah nama lengkap cewek ini. Tapi sayang, nama sepanjang itu cuman dipanggil ”trekk” saja oleh anak-anak. Hobinya nyanyi n makan. Tapi anehnya tubuhnya tetep aja kurus krempeng. Memang bener-bener anugrah put.!
3. Rahel Desi Anggorowati
yang ini namanya rachel, kadang2 dia dipanggil ”apenk”. Yang paling aku suka dari dia, Doi rajin banget bawa nasi goreng buatan mamanya ke sekolah. Kalo udah gitu anak2 pada ngumpul2 ngedeketin rachel buat minta nasgornya. Hemm,,otaknya cukup encer juga dengan yang namanya kimia, fisika, n matematika.
4.Rias Tri Cahya Yulianto
Sebut saja dia dengan pangggilan Bunga. Eh, maksudnya Bona. kadang temen-temen manggil dia tahi kebo. Cowok bertubuh subur ini, hobi banget cari perkara. Ada aja tingkah lakunya yang bikin orang jadi geregetan.
5. Eko Frandy Supriyanto
Nama aslinya Eko Frandy Supriyanto. Entah bagaimana sejarahnya dia bisa dipaggil” DOLMEN” oleh temen2. Jelek-jelek gini, banyak juga yang ngefans ama dia. Meskipun divonis menderita buta warna parsial, para fansnya tetep setia menjadi fansnya beratnya.
6.Muhammad Herdiansyah
Cowok bertubuh malnutrisi ini bernama Herdi.
Dia suka teriak-teriak gak jelas kalo moodnya mulai gak enak.
Apalagi kalo perutnya mulai error, bisa-bisa kamu dikentuti sama dia. (lho,, koq ngerti?) ya...iya lha.. lha wong aku udah dua kali jadi korbannya.
7.Aziz Sujatmiko
Lihat wajahnya, jadi ingat ama si unyil, coz dia biasa dipanggil ama temen-temen si unyil. Tapi, diantara temen yang laen, dibalik tubuhnya yang kecil, dia merupakan sosok yang bijaksana dan dewasa.
8.Muhammad Iqbal Abdul Jabbar
Namanya Muhammad Iqbal Abdul Jabbar, biasa dipanggil Iqbal. Pria satu ini adalah sosok yang sangat mencintai tanah air. Ia menghargai produk buatan indonesia. Salah satu bentuk mengahargai tanah air yang dia lakukan adalah, makanmakanan tradisional, yaitu “ketan “.
9. Endik Tri
Anak ke tiga dari lima bersaudara ini hobi banget nyanyi lagu pop. Tapi dia gak munafik kalau suka dengan aliran dangdut. Namanya Endik, lebih lengkap lagi Endik Tri Prasetyo. Dia merupakan pewaris dari restaurant Rawo milik keluarganya.
10. M. Mansyur
this is the captain of palu.. who is he?
(efek musik: jeng...jrengjeng...) He is Mansur. Mantep banget jadi ketua kelas, meskipun terpilih dengan terpaksa. (Lho koq bisa?)
Terlalu Indah diucapkan, terlalu sedih untuk di kenang.
11. Eka Sri Rahayu
Wanita cantik yang satu ini bernama Eka Sri Rahayu. Dia kalem (kayak lemper) banget. Anak-anak terkadang gemez melihatnya. Hemmm... kita betah banget kalo main2 ke rumahnya... beraneka makanan tersedia di rumahnya... hehee.
12. Heriyanto
Pria yang ini bernama Heriyanto,, sering dipanggil Chris John ama teman2 lantaran wajahnya hampir mirip dengan petinju yang terkenal itu. Hobi cowok satu ini tidur, bawa leptop, dan aktif di OSIS dan majalah sekolah SANSA. Yang lebih memprihatinkan, dia kera menjadi objek kenakalan anak sekelas..
13. M. Taufik
Bisa dibilang pria yang ini adalah dedengkot anak PALU. Kadang ada yang bilang dia SESEPUH kami, sehingga patut dihormati dan dicontoh. Alhasil ada beberapa anak yang mengekor style_nya. Hem... gak ada dia, kelas kelas gak rame. Pasalnya ada ajha ulah yang dia buat.
14. Arlina
Si putih Arlina..
Selain memiliki warna kulit yang putih, wanita ini memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tidak kita2 yang kurang paham selalu mendekati dia untuk minta diajari. Jika ada kamera di langit-langit kelas, mungkin kita terlihat gula yang di kerumuni semut. Gula yang putih = arlina, semut yang hitam = kita-kita.... hufhh..
Sebenarnya masih ada pemain palu yang belum bisa saya sebutkan. Untuk teman-teman yang belum bisa saya sebutkan di sini,, maafphin ya,,, mungkin lain kesempatan akan saya tambahkan.
Palu, sebuah kelas yang berisi orang-orang hebat(lumayan banyak), genius(jarang), cerdas(kayaknya gak ada), dan kurang cerdas(hampir semua he…he). Disitulah hidup manusia-manusia yang ajaib. Kami tak sengaja dipertemukan dalam sebuah ruang kelas XI. Di hari pertama, kita cukup sadar diri bahwa kita berada di kelas IPA yang identik dengan pintar, rajin, pendiam, dan gak suka macem-macem. Tapi, kebusukan mulai terungkap. Setelah 3 hari mempertahankan, atau yang lebih tepat menahan, kita sudah tidak peduli dengan sebutan IPA. Kita mulai kembali ke kodrat masing-masing, bahwa kita memiliki karakter dan sifat yang tidak bisa di sebut “anak IPA”. Apalagi setelah kedatangan Taufik, sang sesepuh Palu, membuat “karakter bukan anak IPA” yang kita miliki semakin terbina.
Saya menulis ini bukan bermaksud untuk menyakiti orang lain, memojokkan suatu pihak, ataupun membuat masa depan orang lain terancam. Saya hanya ingin berbagi dan bernosalgia mengenai peristiwa yang terjadi ketika saya duduk di bangku SMA. Saya merasa bahwa terlalu sayang jika kenangan ini hanya dibiarkan hingga hilang digerus usia dan keterbatasan daya ingat.
Para pemain palu...
1.Halimatus Sakdeyah
Sebut saja dengan Mawar, Eh.... makdsudnya Diyah. Saya lahir di Pasuruan 5 Juli 1991 dengan kondisi sehat wal’afiat tanpa kekurangan apapun. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Wanita dengan kondisi tubuh yang subur ini terkadang dipanggil bernama Halimatus Sakdeyah. Jangan tanya kenapa “deyah” pake “e” kok gak pake “i” jadinya “diyah”! Itu adalah kesalahan penulisan ijazah waktu SD (Gak penting banget deh,..). Temen-temen biasa manggil “kentus, enchus, diyah, sakde, jason, indah, atau Anna Althofunnisa( Aku lebih nyaman kalo dipanggil nama yang terakhir kusebutkan itu hwehwe..)
2.Nur Sufro Kamalia
Yang ini namanya sufro.,, dia rajin banget pergi ke sekolah. Biarpun tubuhnya kecil imut, tapi dia bisa membuat cowok-cowok tergila-gila kepadanya. Buktinya hampir satu kelas anak kelas sebelah pada ngefans ama dia. Sampai ada perang antar teman untuk merebutkan dia. Selain itu, yang menambah nilai pluss dia adalah, otakknya yang encer,,..
3.Putri Eka Devi Anugrah Raharjo
udah cantik, putih, pinter, gaul lagi,,,...
apa seeh yang kurang dengannya? (kurang gemuk... hwekekek)
Putri Eka Devi Anugrah Raharjo adalah nama lengkap cewek ini. Tapi sayang, nama sepanjang itu cuman dipanggil ”trekk” saja oleh anak-anak. Hobinya nyanyi n makan. Tapi anehnya tubuhnya tetep aja kurus krempeng. Memang bener-bener anugrah put.!
3. Rahel Desi Anggorowati
yang ini namanya rachel, kadang2 dia dipanggil ”apenk”. Yang paling aku suka dari dia, Doi rajin banget bawa nasi goreng buatan mamanya ke sekolah. Kalo udah gitu anak2 pada ngumpul2 ngedeketin rachel buat minta nasgornya. Hemm,,otaknya cukup encer juga dengan yang namanya kimia, fisika, n matematika.
4.Rias Tri Cahya Yulianto
Sebut saja dia dengan pangggilan Bunga. Eh, maksudnya Bona. kadang temen-temen manggil dia tahi kebo. Cowok bertubuh subur ini, hobi banget cari perkara. Ada aja tingkah lakunya yang bikin orang jadi geregetan.
5. Eko Frandy Supriyanto
Nama aslinya Eko Frandy Supriyanto. Entah bagaimana sejarahnya dia bisa dipaggil” DOLMEN” oleh temen2. Jelek-jelek gini, banyak juga yang ngefans ama dia. Meskipun divonis menderita buta warna parsial, para fansnya tetep setia menjadi fansnya beratnya.
6.Muhammad Herdiansyah
Cowok bertubuh malnutrisi ini bernama Herdi.
Dia suka teriak-teriak gak jelas kalo moodnya mulai gak enak.
Apalagi kalo perutnya mulai error, bisa-bisa kamu dikentuti sama dia. (lho,, koq ngerti?) ya...iya lha.. lha wong aku udah dua kali jadi korbannya.
7.Aziz Sujatmiko
Lihat wajahnya, jadi ingat ama si unyil, coz dia biasa dipanggil ama temen-temen si unyil. Tapi, diantara temen yang laen, dibalik tubuhnya yang kecil, dia merupakan sosok yang bijaksana dan dewasa.
8.Muhammad Iqbal Abdul Jabbar
Namanya Muhammad Iqbal Abdul Jabbar, biasa dipanggil Iqbal. Pria satu ini adalah sosok yang sangat mencintai tanah air. Ia menghargai produk buatan indonesia. Salah satu bentuk mengahargai tanah air yang dia lakukan adalah, makanmakanan tradisional, yaitu “ketan “.
9. Endik Tri
Anak ke tiga dari lima bersaudara ini hobi banget nyanyi lagu pop. Tapi dia gak munafik kalau suka dengan aliran dangdut. Namanya Endik, lebih lengkap lagi Endik Tri Prasetyo. Dia merupakan pewaris dari restaurant Rawo milik keluarganya.
10. M. Mansyur
this is the captain of palu.. who is he?
(efek musik: jeng...jrengjeng...) He is Mansur. Mantep banget jadi ketua kelas, meskipun terpilih dengan terpaksa. (Lho koq bisa?)
Terlalu Indah diucapkan, terlalu sedih untuk di kenang.
11. Eka Sri Rahayu
Wanita cantik yang satu ini bernama Eka Sri Rahayu. Dia kalem (kayak lemper) banget. Anak-anak terkadang gemez melihatnya. Hemmm... kita betah banget kalo main2 ke rumahnya... beraneka makanan tersedia di rumahnya... hehee.
12. Heriyanto
Pria yang ini bernama Heriyanto,, sering dipanggil Chris John ama teman2 lantaran wajahnya hampir mirip dengan petinju yang terkenal itu. Hobi cowok satu ini tidur, bawa leptop, dan aktif di OSIS dan majalah sekolah SANSA. Yang lebih memprihatinkan, dia kera menjadi objek kenakalan anak sekelas..
13. M. Taufik
Bisa dibilang pria yang ini adalah dedengkot anak PALU. Kadang ada yang bilang dia SESEPUH kami, sehingga patut dihormati dan dicontoh. Alhasil ada beberapa anak yang mengekor style_nya. Hem... gak ada dia, kelas kelas gak rame. Pasalnya ada ajha ulah yang dia buat.
14. Arlina
Si putih Arlina..
Selain memiliki warna kulit yang putih, wanita ini memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tidak kita2 yang kurang paham selalu mendekati dia untuk minta diajari. Jika ada kamera di langit-langit kelas, mungkin kita terlihat gula yang di kerumuni semut. Gula yang putih = arlina, semut yang hitam = kita-kita.... hufhh..
Sebenarnya masih ada pemain palu yang belum bisa saya sebutkan. Untuk teman-teman yang belum bisa saya sebutkan di sini,, maafphin ya,,, mungkin lain kesempatan akan saya tambahkan.
KELAS BARU
Bahagianya menjadi kakak kelas, setelah setahun menjadi adek kelas yang dianggap “Imut-imut”. Banyak orang yang mengatakan kelas XI posisi yang paling nyaman. Alasannya adalah kelas X masih beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru, sedangkan kelas XII terpaksa berkutat dengan segala macam buku. Belajar agar lulus UNAS dan dapat di terima di perguruan tinggi. Untuk yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, dia tetap belajar keras agar nilai UNAS terbaik, sehingga mudah dalam mencari pekerjaan. Terserah apa yang dilakukan anak kelas X dan XII, yang jelas kita “anak kelas XI”.
Hari penentuan kelas ditentukan. Aku bingung mencari-cari namaku. Di rapotku tertulis bahwa aku masuk jurusan IPA. Aku mencari di kelas XI IPA 1, tapi namaku tak tertera di deretan nama yang ditempel di kaca jendela. Perjalananku kulanjutkan ke kelas XI IPA 2. Sama saja, tak kutemukan namaku. Aku melihat kawan-kawan seangkatanku yang berjingkrak-jingkrak senang. Mungkin karena sekelas dengan temannya lagi, dengan pacarnya, atau apalah. Aku tak peduli. Kulirik dalam kelas XI IPA 2, ternyata masih ada tradisi berebut kursi paling depan. Aku hanya bisa tertawa kecil. Apa-apaan ini? memangnya anak SD yang berebut kursi paling depan? Setahuku, anak SMA berebut kursi paling belakang, biar bisa ngobrol, nyontek saat ujian, atau nyaman buat tidur.
Langkahku semakin gontai, aku melirik Sufro, teman sekelasku di kelas X. Ternyata nasibnya tak jauh berbeda denganku. Namanya tidak tertera di kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. Aku berjalan ke kelas berikutnya. Banyak anak yang berkerumun di depan kelas itu. Mereka inilah anak-anak yang menjadi penghuni kelas XI IPA 3. Aku tidak terlalu peduli dengan keberadaan mereka. Fokusku hanya pada kertas yang menempel di jendela. Namaku benar-benar tercetak di sana. Akhirnya aku menemukan kelasku. Kini aku membaca nama-nama yang tertera di kertas itu. Ada nama-nama yang sangat akrap di telingaku dan tahu benar siapa dia. Namun ada juga nama-nama yang tak ku kenal, apalagi dengan wajahnya.
Ternyata hampir semua anak kelas X yang sekelas denganku dulu, berada di kelas XI IPA 3. Aku melihat ada nama Sufro, Afidah, Ayu, Yuni, Lutfi, Syukron, Endik, Mansur, dan Eko alias Dolmen. WHATS? Mansur dan Dolmen sekelas denganku lagi? tentunya pasti akan banyak kegilaan yang mereka buat. Okelah, semua akan baik-baik saja (aku berusaha menguatkan diri). Ngomong-ngomong kok gak ada yang masuk kelas dan berebut kursi ya? Aku berusaha membuka pintu kelas.
“Kamu kira kita lama-lama nunggu di sini ngapain? Kalo kelas gak dikunci, tentunya kita udah duduk manis di dalam.” Kata seseorang. Upps, ada yang menegurku lantaran berusaha mendobrak pintu kelas. Oooo... ternyata kelasnya terkunci. Tak lama kemudian Ibu Sholihah datang membawa kunci dan membuka pintunya.
Ketika pintu dibuka.. Its amazing...! Syok! Galau! Dan ada yang pura-pura pingsan. Semua pada heran. Ini kelas apa gudang, kotor sekali. Meja dan kursi berantakan. Debu setebal roti sisir menyambut kami. Akhirnya kami harus membersihkan kelas dulu sebelum menikmati enaknya bangku di kelas XI IPA. Kami menempati laboratorium IPA, lantaran kelas untuk kami masih dalam tahap pembangunan. Tak apa menurutku, yang penting kami bisa belajar dengan aman, tenang, dan nyaman.
Setelah membereskan semua, ternyata teman-teman yang lain juga berebut bangku paling depan. Aku tak mau kalah dengan mereka. Kubidik bangku depan dekat meja guru. 3...2....1... aku siap menerjang, tapi...
“Mbak..mbak, sini! Tolong lantai depan kelas di sapu dulu. Kotor sekali.” Pinta Ibu Sholiha. “Emm, Ehh... baik bu!” aku dan Sufro menyapu lantai depan. Sambil menyapu, aku melirik teman-teman yang “bahagia” sudah mendapatkan kursi. Ku lihat Sufro, dia juga tak kalah galaunya denganku.
Dan akhirnya, aku tetap mendapatkan kursi di depan meja guru. Tapi nomor dua dari belakang. Ohhh... Tuhan! ternyata berebut kursi itu memang penting. Kini, di tempat yang aku duduki ini, begitu susahnya melihat catatan di papan tulis. Jaraknya memang lumayan jauh. Tak apalah, sekali lagi yang penting aku bisa belajar dengan aman, tenang, dan nyaman (sambil menangis dan berusaha menguatkan hati.. hiks...hiks)
Di kelas yang baru, kami berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mulai dari teman baru, guru baru, meja dan kursi baru, dan ada beberapa hal baru lainnya. Suasana hari pertama masuk di kelas XI sangat berbeda dengan kelasku sebelumnya. Aku melihat semua sibuk menulis, mengerjakan tugas, dan mendengarkan guru menjelaskan di depan. Kondisi yang nyaman untuk belajar. Hening, sepi, dan tertib. Bahkan saking heningnya, orang kentut pun bisa terdengar.
Mungkin inilah yang dinamakan kelas IPA. Jika ada yang tidak mengerti, kita bertanya dengan teman yang sudah mengerti dan minta diajari. Begitulah suasana kelas kami. Selama tiga hari aku melihat suasana yang serius, aman, damai, dan tentram. Tiba-tiba aku merindukan suasana kelas lamaku.
Rupanya tiga hari sudah cukup untuk menunjukkan identitas kelas IPA. Di hari keempat nampaknya kita sudah tak lagi bisa menahan diri. Kita lebih cenderung mengekspresikan jati diri kita masing-masing tanpa ada rasa malu atau sungkan. Situasi diperparah dengan kehadiran Taufik, kakak kelas yang gak naik kelas (nah lho? Jadi apa namanya?). Dia datang seminggu setelah masuk sekolah. Kemana aja? Kok baru masuk. Gosip punya gosis, katanya dia liburan ke wali songo. Wuih, gak naik kelas aja liburannya ke wali songo, apalagi kalau sampai juara umum, liburannya ke Jepang kali.
Di hari keempat kita tak peduli dengan sebutan IPA. Kita lebih sibuk dengan kelakuan kita yang agak “aneh”. Ingin lebih jauh melihat keanehan kita? Baca kelanjutannya. Semua kenehan itu akan terjawab secara gamblang dan setajam cukur. Hehheh..
Cinta-cintaan
Pengakuan yang cukup mengagetkan meluncur dari mulut Riski Tofani yang merah. Dia mengatakan padaku jika dia mulai menyukai Yuni. Tentu saja berita itu mengejudkanku, terutama anak-anak PALU. Pasalnya Riski sangat membenci Yuni. Tiap kali ada anak yang menyebut nama “Yuni”, Riski langsung mengeluarkan adegan muntah-muntah. Tentunya kita bisa menetebak bahwa tidak ada benda yang dia keluarkan dari mulutnya, hanya hembusan Co2 saja.
Suatu ketika Riski mengajak taruhan denganku. Dia tidak akan pernah jatuh cinta dan pacaran dengan Yuni. Terang saja aku menolak mentah-mentah tawaran itu, karena aku yakin jika aku pasti kalah, lagi pula taruhan itu gak boleh atau lebih tepatnya dilarang. Hingga saat ini Riski benar-benar suka dengan Yuni. Perlu di ketahui bahwa aku adalah orang yang pertama kali mendengar kabar jika Riski suka ama Yuni. Akupun sedikit berpikir, jodoh emang gak ada yang tahu, biarpun kita benci setengah mati pada seseorang, namun jika seseorang tersebut jodoh kita, tentu kita tidak akan bisa melakukan pemberontakan. So, bersikap baiklah kepada semua orang, siapa tahu jodoh kita adalah seseorang yang ada di sekitar kita.
EMERGENCY CLASS
Senin pagi ini begitu cerah. Semburat warna biru menghiasi langit yang bening. Burung-burung gereja berlarian diantara pohon-pohon. Sejenak burung-burung itu berhenti di atas genting kantor TU. Tak lama kemudian burung-burung gereja itu terbang cepat, melesat kaget mendengar suara Pak Atok yang menggema lewat microfont. Beliau menyuruh kita untuk segera berkumpul di lapangan, karena upacara rutin setiap hari senin akan segera di mulai. Dengan langkah gontai dan malas-malasan, seluruh siswa berjalan menuju lapangan upacara. Seperti upacara bendera kebanyakan, di buka oleh protokol, ada pembacaan UUD, ada pembacaan Pancasila, pengibaran bendera, amanat dari pembina upacara, menyanyikan lagu nasional, dan pembacaan doa.
Berdiri kira-kira satu jam dengan kondisi yang cukup panas membuat kami kadang-kadang tidak kuat. Setiap upacara ada saja yang pingsan. Tidak terkecuali dengan Intan. Kontan barisan kelas kami menjadi geger. Kita memang tidak berpengalaman untuk menangani orang pingsan. Tubuh Intan memang kurus, tapi anehnya ketika kami angkat berat banget. (Mengingatkan aku pada sinetron religi di TV dengan judul “Jenazah Wanita Hitam Susah Diangkat”) . Ada yang mengangkat kakinya, kepala Intan dibiarkan bergelayutan. Dalam kondisi pingksan, masih sempet-sempetnya Intan nyengir kuda. Kitapun membiarkan anggota PMR untuk menangani Intan. Biarlah dia berbaring dan tidur tenang di UKS.
Usai upacara, kita bisa rehat sejenak, karena para guru masih rapat rutin setiap hari senin. Namun, hal ini tidak begitu lama, karena bel masuk telah berbunyi. Pelajaran agama Islam kali ini sangat berbeda dengan biasanya. Yang menyebabkan berbeda adalah, pertama Pak Hamid selaku guru Agama Islam hadir mengisi kelas, padahal biasanya beliau jarang masuk kelas. Kedua temen-temen sekelas begitu gaduh dan heboh. Hembusan kabar kalau ada pemeriksaan HP dari mulut Ocha. Huih.. bayangan horor wajah Pak Pri dan Pak Hariadi (Guru Tata Tertib) seketika menghantui kami satu kelas. Beliau akan merampas HP milik kita. Oh no!!! Temen-temen yang merasa gak beres dengan barang bawaannya merasa ciut nyalinya. Memang pihak sekolah sudah melarang siswanya untuk membawa HP merk dan tipe apapun ke sekolah. Namun temen-temen tetap saja membawa HP ke sekolah. Untungnya waktu itu aku tidak membawa HP. So, aku merasa aman-aman saja.
Pak Hamid masih saja semangat menjelaskan macam-macam bacaan dalam Al-Quran. Aku dan Rachel santai-santai saja, karena kita tidak membawa barang-barang yang diduga mencurigakan. Lain halnya dengan Putri dan Sufro, mereka berdua sibuk menyembunyikan HP masing-masing. Kali ini sepatu Putri menjadi tempat persembunyiannya. Sedangkan Sufro menyembunyikan Hpnya di pinggangnya. Di sisi lain, temen-temen cowok sibuk menghimpun HP menjadi satu, kemudian dimasukkan ke dalalam kantung kresek hitam.
Suasana semakin kacau ketika kelas sebelah (XII IPA 2) sudah disatroni Tatip. Konon kabarnya Tatip sudah mengantongi berbagai macam merk HP dengan bermaca-macam tipe. Sedangkan anak-anak di kelas PALU mengalami kebuntuan otak. Mau disembunyikan dimana sekresek HP ini?? Tanpa diduga, tanpa dinyana, sesosok ‘malaikat’ berkulit hitam legam turun dari UKS menuju ke kelasku. Jalannya loyo, pelan, lamban, tertatih, hingga akhirnya pingsan, jatuh, dan terjerembap di atas empuknya rumput di depan kelas PALU. Memang malaikat yang satu ini begitu cerdas memilih tempat pingsan yang empuk.
“Hei... Intan pingsan!” teriak salah satu diantara kami yang tidak sengaja melihat Intan pingsan. Dan semua mata tertuju pada Intan. Tubuhnya kini terlihat ‘’berleha-leha” di atas rumput.
Aku merasa heran dengan teman-temanku. Jika disuruh berpikir untuk memecahkan soal Fisika, otak mereka begitu tumpul dan berkarat. Lamaaaa..... sekali loadingnya. Namun, kali ini otak mereka begitu tajam dan mengkilat. Tanpa ada yang memberi komando, mereka bergerak mengatur strategi. Yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana caranya untuk mengamankan HP sekresek ini.
Secepat kilat Rifky, Anang, Endik, Dolmen, dan yang lain berperan sebagai penyelamat sang malaikat ‘Intan’ yang pingsan. Mereka membopong Intan menuju ke ruang UKS. Riski Tofani berperan sebagai eksekutor, meloncat jendela sebelah kiri, menyelamatkan HP. BONA. Jangan ditanya apa yang dia lakukan. Seperti kebo yang lepas dari kandangnya, Bona berlari-lari tidak jelas ke luar kelas sambil berteriak “KETEPAAAN” (in indonesia mean KEBETULAN). Karena curiga lantaran Bona lari ke arah yang berlawanan dengan arah tempat Intan pingsan, Pak Hamid pun berlari mengejar Bona. Semacam Pak Tani mengejar Kebo yang kesurupan.
Suasana yang tadinya kacau kini menjadi tenang, tapi cukup menegangkan. Pak Hariadi, Pak Pri, Pak Akbar, Pak Hamid, dan Bu Lasmina kini berada di dalam kelas. Kami semua berdiri di hadapan kelas. Satu persatu tas kami di gledah. Minyak wangi di dalam tas Rachel diambil Bu Lasmina, sedangkan Pak Hariadi menyita kepingan CD film Harry Potter, yang lebih lucunya lagi, Pak Pri menemukan sendok makan milik salah satu di antara kita,,, cukup menggelikan.
Sebuah Nama, Sebuah Doa
Setiap nama yang melekat pada diri kita, memiliki makna tersendiri. Dan setiap makna menimbulkan aura tertentu pada diri sang pemilik nama. Aura positif ataukah aura negatif. Tidak jarang orang mengganti namanya lantaran berbagai hal. Misalnya namanya terlalu kampungan, sehingga orang yang bersangkutan mengganti namanya menjadi lebih modern, ada yang mengganti namanya lantaran namanya kurang membawa keberuntungan, ada yang sakit-sakitan, kemudian namanya diganti agar cepat sembuh. Tentu banyak alasan mengapa orang-orang tertentu mengganti namanya.
Dan, setiap nama tentunya memiliki makna. Terkadang makna tersebut membuat kita "berdecak kagum, lantaran maknanya begitu dahsyat, terkadang membuat kita terharu, membuat kita tertawa, ataupun membuat kita bangga.
Ada salah satu temanku bernama Rias Tri Cahya Yulianto. Dengan bangga pria dengan body jumbo ini menjelaskan arti dari nama RIAS. “R” itu “Rukun”, “I” itu “Iku”, “A” itu “Agawe”, dan “S” itu “Sentosa” . Jadi bila dirangkai menjadi “Rukun Iku Agawe Sentosa” dalam bahasa Indonesia berarti “damai itu membawa sentosa”. Namun sayang, sang pemilik nama dahsyat itu harus puas dengan panggilan “Bona” yang merupakan akronim dari “Bocah nakal” lantaran dia memang nakal. Sama sekali tidak membawa kedamaian di muka bumi.
Ada juga teman wanitaku. Nama lengkapnya Munifa. Terkadang aku merasa hern dengan dia, pasalnya dia jarang menoleh kalau disebut namanya. Dia baru menoleh kalau dipanggil “Mimi”. Entahlah, bagaimana ceritanya Munifa berganti dengan Mimi.
Beralih ke temen yang laen, namanya Aziz sujatmiko. Nama yang begitu indah. Aziz adalah salah satu dari sembilan puluh sembilan asma Allah. Aziz berarti perkasa. Nama Aziz tidak cocok dengan postur tubuh Aziz yang kecil nan imut-imut. Tidak menggambarkan sosok perkasa dakam tubuhnya. Dengan biadap temen-temen memanggilnya “unyil” lantaran tubuhnya hanya segede upil.
Satu lagi yang bikin aku ketawa kalau inget dia. Namanya Anang Sumaryo. Cukup keren kan! Tapi dia sedikit sableng plus jail. Dalam pikirannya timbul hal-hal yang aneh. Kali ini dia ingin menyingkat nama panjangnya seperti Devi Cameline yang disingkat menjadi “Deca”. Dari situlah Anang ingin menyingkat namanya. Tapi dia bingung singkatan apa yang keren buat namanya. Diapun mulai mencari-cari singkatan yang bagus. Herdi, cowok malnutrisi yang sedari tadi mendengarkan gundah gulana Anang akhirnya ikut mencari nama yang cocok buat dia. Cukup lama mereka berpikir. Hingga akhirnya Herdi bersuara.
“Nang! Aku tahu. Gimana kalau ASU? Keren kan?” usul Herdi dengan nada dan wajah tak berdosa. “ASU kepanjangan dari Anang Sumaryo” lanjudnya dengan lugu, hingga membuat semua orang ingin meleparnya dengan kursi.
Asu merupakan bahasa jawa, dalam bahasa Indonesia berarti anjing. Aku hanya bisa cengengesan mendengar singkatan nama Anang. Dengan wajah putus asa Anang berlalu meninggalkan aku dan Herdi sambil berkata “lebih baik namaku tidak perlu disingkat kalau begitu!” tak lama kemudian ai r matanya mengalir di pipinya. Herdi terharu dan merasa bersalah. Tak lama kemudian Herdi menyusul Anang. Sebutir kata maaf terlontar dari mulut Herdi. Hingga menyentuh gendang telinga Anang. Anangpun memelas Herdi dengan pelukan yang hangat. Oh.... so sweet (akhir cerita yang berlebihan).
Menginjak kelas XII, Herdi si manusia lidi mulai kebakaran jenggot. Ulangan kimianya selalu dapat jelek. Beda dengan Arlina. Wanita albino satu ini selalu mendapat nilai bagus. Hingga Herdi terkagum-kagum melihat Arlina. “Makan apa ya? Arlina kok bisa pinter banget?” Suatu hari Herdi mulai sadar, kenapa Arlina dapat niali bagus saat ulangan kimia. “Nama dia kan terdiri dari unsur kimia, coba dengarkan “Ar” berarti Argon, “Li” berarti Litium, dan “Na” berarti Natrium”. Orasi Herdi mulai menrik minat temen-temen. Betul juga apa yang dikatakan Herdi.
“ Sedangkan aku.... ” Herdi mulai melanjudkan suaranya ”Herdi, merupakan singkatan dari Her dan Remidi” dia mengakhiri kalimatnya, kemudian tertunduk lesu meratapi nasibnya.
Gerrrrr!!!
Tawaku dan teman-teman membahana di ruang kelas. Kata ‘Her’ dan ‘Remidi’ adalah istilah mengulang ujian untuk memperbaiki nilai karena hasil ujian tidak mencapai standart tau dibawah standart. “Pantesan aku dapet jelek terus” kata Herdi di tengah tawa kita. Kami semakin semangat menertawai dia. Hemm, moment seperti ini lebih seru lagi kalau ada Anang. Dia pasti akan gantian memeluk Herdi yang saat itu sedang di hujat oleh anak-anak. Berusaha menguatkan hati dan jiwa Herdi yang remuk. Tapi sayang dia tidak ada.
GARA-GARA BOLA
Jangan dipanggil PALU kalau gak maniak dengan sepak bola. Biar pun UNAS tinggal menghitung hari, anak PALU tetep ajha main sepak bola. Apalagi sambil TARUHAN dengan kelas sebelah. hemm,... tambah gak inget UNAS sama sekali.
Kali ini ada cerita lucu mengenai sepak bola. Dan lagi-lagi Bona sebagai peran utama. Dia sengaja mengendarai motor dari rumahnya di Bangil menuju ke lapangan PATAL Grati. Dari mulut manis Mansyur, Aku mendengar bahwa Bona sempet disrempet pick up. Kasihan sekali dia. Namun cerita tidak berhenti di situ saja. Ketika Bona baru saja tiba di lapangan Patal, secara tidak sengaja dia menduduki muntahan orang (ehem.. maaf agak jorok, tapi memeng begini adanya). Hiyek!!! Bisa dibayangkan betapa kasihannya Bona.
Melihat wajah Bona yang mengisyaratkan “minta tolong”, akhirnya Mansyur mengevakuasi Bona ke musholah sekolah SMA 1 Grati, yang jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi kejadian. Di mushola, Bona mencuci celananya dengan sabun Bukrim (maaf sebut merk) yang baru ia beli.
Melihat “aktivitas nyeleneh” yang dilakukan Bona, Mansyur hanya bisa cengingisan melihatnya. MALANG BENAR NASIB KAWANKU INI!!! Gumam Mansyur dalam hati. Namun cengingisan itu tidak bertahan lama. Mansyur merasakan hal buruk akan menimpanya. Sekejap cengingisan itu berubah menjadi tangisan. Bukan apa-apa Mansyur menangis, pasalnya Bona memaksa pinjam celana milik Mansyur. Tahu sendiri badan Bona yang super jumbo memakai celana Mansyur yang bertubuh SIXPACK.
“Kraakkk!!” suara celana yang sobek.
Tangis Mansyur semakin menjadi-jadi, berharap ada malaikat yang akan menolongnya. Namun hal itu sia-sia. Jika ditanya bagaimana kabar pertandingan sepak bolanya????? Hemm..... susah didefinisikan.
Tamasya Kita
Selasa, 20 Januari 2009 yang lalu, Aku pergi ke kawasan wisata pemandian alam Banyu Biru, atau yang biasa disingkat dengan BB. Aku pergi ke BB dengan teman2. Awalnya ada sedikit trauma yang kurasakan ketika Aku nyaris tenggelam di kolam yang dalam. Namun, rasa rindu dan kebersamaan yang begitu erat telah meruntuhkan trauma itu. Aku benar-benar rindu dengan PALU.
Bersama dengan Wiwit, Yusron, Putri, Apek (adeknya Putri), dan ulfa kita naik sepeda ke lokasi. Hemmm.. lumayan membakar lemak. Yang bikin “ngakak”, kita hanya membeli karcis hanya 2 lembar dengan harga 1 karcis hanya Rp.2.500. Padahal kami berenam. Hweheee... Mas yang jaga gerbang masuk “muring-muring” gak karuan. Kita Cuma nyengir-nyengir gak berdosa saat memasukinya. Kita langsung berpencar ketika mas yang jaga menghampiri kita. Kita hanya ketawa-ketawa puas. Jika dihitung-hitung, tiap anak Cuma bayar Rp. 1.000, hemmm,,, rugi banget pengelola BB ntu. (jangan ditiru ya... gak baek)
Tidak lama kami bermain air, si Unyil (Aziz) datang. Tak lama berselang, Rifky, Bona, dan Endik pun datang. Bona sadis banget, udah tahu Rifky gak bisa berenang, eh malah dengan sengaja dia narik Rifky ke kolam renang yang dalam. Tragedi tenggelamnya manusia terulang kembali. Bona yang melakukan aksi gila itu tidak sanggup menyelamatkan Rifky. Dengan cepat Endik terjun menyelamatkan Rifky. Namun Rifky tidak muncul-muncul di permukaan. Yusron dan Wiwit pun mulai tergerak untuk menyelamatkan Rifky.
Setelah Rifky muncul ke permukaan, rasa was-was yang sedari tadi kami rasakan sedikit berkurang. Berasa nonton film dokumenter evakuasi korban kebanjiran. Namun ada yang berubah dengan wajah Yusron. Di samping kiri pipinya sedikit berdarah. Ternyata Rifky mencakarnya.
Gak lama berselang, Rahel dan Sufro datang. Izzi jugha mulai ngintil di belakang. Agus dan temannya mulai ikut eksis juga. Acara mandi bebek (heboh di kolam) bener-bener tak terhindarkan.
Hemmm,, setiap kejadian atau peristiwa tentunya selalu ada hikmah di dalamnya. Tak terkecuali dengan hari-hari yang kita lalui. Dannnnnnn.... pelajaran moral kali ini yang bisa kita ambil adalah...
1. Jangan memaksa mengajak teman yang tidak bisa berenang ke kolam yang dalam.
2. Potong kuku sebelum berenang, dan yang terakhir,,
3. Berdoa dulu sebelum melakukan segala aktivitas, agar selamat. (hehee...sok bijaksana).
Try Out Ala PALU
Hawa-hawa UNAS sudah mulai terasa. Kami mulai didrill dengan soal-soal ujian. Mulai jam 6 pagi sampai jam 4 sore kami berkutat dengan buku dan soal-soal. UNAS adalah hidup dan mati kita. Kita harus semangat dalam belajar. Agar UNAS kita sukses. Namun, adakalanya kita mengalami kebosanan. Biar pun ditakut-takuti dengan segala kemungkinan terburuk, rasa bosan tetaplah bosan. Tidak bisa diganggu gugat.
Dan, rasa bosan itu kini menjangkiti Herdi. Ruang 7 menjadi saksinya. Di ruang itu, kami mengerjakan soal matematika. Suasana dikemas selayaknya UNAS. Rapi, bersih, tenang, namun menegangkan. Kebetulan Aku duduk di bangku belakang paling pojok kanan. Sedangkan Herdi duduk di belakang pojok sebelah kiri. Aku sedikit melirik ke arahnya. Dia menggoyang-goyangkan yang ia duduki, sambil mengamati soal matematika yang ia pegang. Capek dengan aktivitas tidak berbobot yang ia lakukan, rasanya dia mulai mengantuk. Mungkin ada sesuatu yang akan terjadi di ruang ini. Entah apa itu, yang jelas firasatku mengatakan demikian.
Lama Herdi menahan dan menahan kantuk. Hingga pagar pertahanannya rubuh. Alhasil dia tertidur. Aksi nekat itu diketahui oleh Bu Martin yang kebetulan menjaga ruang 7. Dengan menggunakan Nokia 6600, Bu Martin memotret Herdi yang asyik “asoy geboy” tertidur.
“cekrreeeeeekkkk”
Karena kaget, Herdi terbangun. Anak-anak yang tadinya menahan tawa, kini mulai tak peduli. Mereka tertawa dengan heboh. Sudah jelas jika ia sangat malu. Bayangkan, kok ada orang yang tertidur saat try out, apalagi ketika mengerjakan soal matematika jam pertama. Wah... bangganya punya teman sepertimu Her...
Ehem... aksi gila Herdi tidak berhenti di jam pertama saja. Pada jam kedua, kali ini dia tidak lagi tertidur, melainkan memainkan pensil 2Bnya. Saya kira dia sedikit alzhaimer atau malah sakit jiwa. Pasalnya pensil 2B itu ia hisap-hisap semacam rokok. Sedangkan korek apinya dari alat peruncing pensil. Sungguh lihai dia memainkan dua benda itu. Sangat elegan dan berkelas. Tapi itu hanya pensil dan alat peruncing Herrr....!!!! bukan rokok atau pun korek api...
Mansyur dan HP Sampah
Kemarin, kita sedang bercanda-canda ria di dalam kelas. Mulut Bona udah gatel untuk tidak bicara ngawur. Satu... dua.... tiga.... yupz.. ide gilanya mulai muncul.
“Eh, Syur” Bona mulai mencari incaran. “Kalau sampai besok kamu olahraga datang ke sekolah jam 3 pagi, HP kamu akan Aku servis gratis.”
“OKEH!!!”Mendengar tawaran yang sangat langkah tersebut, Mansyur langsung meng-IYA-kan tawaran Bona. Secara, servis HP yang layak di tempat sampah bukan perkara mudah. Apalagi GRATIS. Wuih-wuih... rejeki amat tuh ... Mansyur.
Namun persyaratan Bona yang harus dipenuhi Mansyur setiap detiknya semakin berat saja.
“Kamu harus hormat kepada penjaga malam saat tiba di sekolah!” perintah Bona menambah syarat.
“Alah, kalau hanya hormat, itu masalah mudah.” Seloroh Mansyur.
“Tapi kamu harus lari keliling 30 kali lapangan sepak bola.” Syarat gila mulai muncul dari mulut Bona.
Mansyur mulai sedikit pesimis dengan kemampuannya. Namun dia berusaha menunjukkan wajah tegarnya.
“Iya, Aku sanggup!” jawab Mansyur tanpa ada keraguan.
Kali ini Bona yang harap-harap cemas lantaran Mansyur sanggup menantang Bona. Merasa nyawanya terancam, Bona mengajukan syarat yang sangat bombastis.
“Tapi harus direkam donk!! Buat bukti, masak gak ada buktinya? Aku gak percaya kalau hanya dari mulut ke mulut saja!” Bona mulai berorasi, berusaha mematahkan semangat Mansyur.
Wajah putus asa mulai terbit dari raut muka Mansyur. Pupus sudah harapan servis HP gratis. Aku kasihan melihat Mansyur. Dengan wajah malaikat baik hati, Aku berusaha membantu semampuku.
“Tenang Syur, Aku akan bantu merekammu nanti.”
Bona semakin tidak bermoral dalam memberikan syarat.
“Eits, buksn itu saja. Kamu harus masukkan bola basket ke dalam ring bolak-balik dengan hanya menggunakan CD ajah.”
Oh no.... Aku gak mau merekam adegan yang gak senonoh seperti itu.
Dan Mansyur pun mulai menangis. Mungkin, HPnya memang harus di buang ke tempat sampah.
Benda-benda Keramat Dolmen
UNAS makin dekat saja, namun belum ada greget belajar lebih giat di kelasku. Kami lebih suka bermain, bermain, dan bermain. Di tiap kelas udah pada majang tulisan UNAS 68 HARI LAGI. Tapi apa yang dilakukan Dolmen? Dia malah nulis PILGUP 72 HARI LAGI. Sableng bener tuh bocah.
Suatu hari, Eko Frandy yang lebih akrab dipanggil dengan Dolmen membawa terasi udang dan beberapa karet pentil. Aku tidak habis pikir, apa maunya Dolmen? Bisa-bisanya dia membawa kedua benda yang cukup “mistik” itu.
Tak lama setelah melihat benda “mistik” tersebut, Aku tahu maksud hati dolmen membawa benda-benda tersebut. Dia ingin menipu anak-anak lain lantaran bentuk bungkus terasi yang menyerupai bungkus permen.
Dasar Dolmen. Dia pikir kita ini anak SD???? Yang tidak bisa membedakan antara terasi dengan permen?? Dan.... kesimpulan sementara adalah selain menderita buta warna parsial, Dolmen juga diduga mengidap Al-Zaimer. Lalu bagaimana dengan karet pentilnya? Hem... dia gunakan untuk jepret-jepretan.
Tahu kah kalian?? aksi Domlen membawa terasi ke sekolah, kontan mengakibatkan EMAKNYA tidak jadi membuat sambel terasi untuk sarapan pagi. Sedangkan neneknya tidak bisa main loncat tali lantaran karetnya diusung Dolmen. Dasar Domen anak sekaligus cucu yang durhaka.
Mata yang Indah, adalah Matamu
Berbicara tentang mata, mungkin sedikit yang bisa dibahas. Apa coba? Kalau bukan mata duitan, mata kranjang, atau bahkan mata rabun. Eitttsss... kali ini saya tidak membahas ketiga mata tersebut. Kali ini saya akan membahas salah satu dari banyak kelebihan yang dimiliki oleh Herdi. Selain memiliki kelebihan mampu kentut di depan cewek-cewek keren, Herdi juga mampu menyebarkan virus dengan cepat. Virus apa itu?? Virus sakit mata.
Wah..... Herdi memang hebat. Bayangkan! Dalam sehari dia sukses menyebarkan virus sakit mata tersebut. Korban yang terkena adalah Rifky, Munifa, Lutfi, dan Iqbal. Mata mereka berempat menjadi merah, semerah saga. Melihat empat korban yang tidak berdaya, Herdi begitu bangga dan puas. Akhirnya dia merasa tak sendiri lagi.
Ujian Herdi dan Heriyanto
Seharian ini Aku sengaja pergi ke sekolah untuk mengambil flashdiskku yang dititipkan Herdi oleh Bona. Memang pasca UNAS siswa diperbolehkan tidak masuk sekolah hingga pengumuman UNAS diumumkan. Ketika sampai di sekoah rasanya benar-benar berbeda. Aku merasa kangen dengan suasana di SMA.
Lama Aku menunggu Herdi tak juga muncul. Aku hanya melihat keberadaan Heriyanto, Oky, Eko, dan anak kelas XII IPA 2. Tak lama berselang, Herdi datang membawa flasdiskku yang baru.
Suasana depan TU yang tidak nyaman membuat Aku, Herdi, dan Heriyanto bermigrasi ke tempat yang lebih menjanjikan. KANTIN. Sepertinya Herdi lapar banget. Dia ngotot sekali mengajak Aku dan Heriyanto pergi ke sana. Dan tumben banget Herdi mau traktir. Mungkin dia lagi dapet arisan. Selanjudnya kita berjalan bersama menuju kantin. Gelak tawa dan canda menghiasi masing-masing bibir kita, sambil menyusuri jalan nan indah karena dihiasi aneka tanaman.
Sampai di kantin, Herdi duduk di samping Heriyanto. Sedangkan Aku duduk di hadapan mereka berdua. Heriyanto membuka percakapan dengan acara puji memuji diri sendiri. Dia bilang kalau diterima di Unair jurusan Sains. Trus dia juga ditrima di mana gitu..... pokoknya dia sering bilang bingung mau milih yang mana, lantaran banyak yang menerimanya.
Aku dan Herdi hanya mesam-mesem kecut, pertanda gak yakin akan cerita Heriyanto. Karena takut membuat Heriyanto marah, Aku dan Herdi hanya manggut-manggut isyarat kagum. Oh.... betapa dustanya diriku dan Herdi.
Cerita beralih aliran. Kini Heriyanto tidak lagi membangga-banggakn diri sendiri. Kini dia menceritakan Abahnya yang lagi sakit. Tadi malam dia gak tidur lantaran menjaga sang Abah. Kondisi Abahnya semakin mengkhawatirkan. Batuk-batuk sambil keluar darah dari mulutnya. Heriyanto membawanya segera kerumah sakit. Walau pun hujan deras, sambil menggendong sang Abah, Heriyanto tetap pergi ke Rumah Sakit. Membayangkan cerita Heriyanto, Aku jadi ingat akan film religi Hidayah “Anak yang berbakti kepada Abah”. Kini, Aku dan Herdi hanya menggeleng-gelengkan kepala. Tanda takjub akan keberanian Heriyanto.
Lantaran sudah siang, Aku pamit mau pulang saja. Lagian flasdisk yang Aku tunggu-tunggu udah di tanganku. Hemmmm... tapi Herdi melarang Aku pulang dulu. Dia mau cerita tentang adiknya yang sudah empat kali gak naik kelas dan sepupunya yang nakalnya minta ampun. Pokoknya bikin Herdi naik darah dech.... Ternyata ujian yang diberikan oleh Allah kepada hambanya memang bebeda-beda ya... Heriyanto diuji dengan berbagai tawaran kuliah yang menjanjikan dan Abahnya yang sakit, sedangkan Herdi diuji dengan dua malaikat penguji kesabaran. Hemmm... Allah memang mahabijaksana. Eh,,, Heriyanto kemana ya??? Wah rupanya dia udah nyantol di kelas X-8. Pantesan... lha wong di sana ada pacarnya. Hemmamm... ingat Abah yang di Rumah Sakit Jhon.
Madu Tiga
Olahraga di hari Jumat merupakan momen yang kami tunggu-tunggu. Awalnya kita sempet muring-muring lantaran olahraganya jam 5.15 WIB. Hemmm... ba’da subuh tuh.! Ntu mau olahraga apa mau kuliah subuh? omel ibuku sambil menyiapkan sarapan pagi.
Gimana sejarahnya koq bisa olahraga jam 5.15 subuh?? Hemmm.... begini ceritanya. Hari jumat merupakan hari yang spesial. Kita dikasi bonus untuk pulang lebih pagi lantaran umat islam akan melaksanakan sholat jumat. Pelajaran di hari jumat juga tidak terlalu berat.
Pak Mustofa selaku guru Olahraga memberikan kebijakan olahraga pada jam ke-0 lantaran jam olahraga terpotong oleh istirahat. Sebagai pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, kakak kelas sering ogah-ogahan olahraga jam setelah istirahat. Sehingga mereka sering ngacir. Untuk menghindari kejadian serupa, ditetapkanlah olahraga jam ke-0 sampai sebelum jam ke-1. Jadi jam ke-3 dan ke-5 kosong. Mungkin itu dulu yang bisa saya jelaskan. Kalau belum mengerti Anda bisa hubungi saya di nomer 085646551797.
Cerita sebenarnya adalah mengenai Herdi. Setelah capek dan panas usai olahraga, dia mulai melakukan aksi tidak senonoh. Training kuning yang dia kenakan dia lepas dengan penuh nafsu. Tanpa malu, kini yang bertengger menggantikan training kuningnya adalah boxer kuning menyala dengan motif spongebob imut. Ih.... bener-benar pengen melemparnya dengan meja saja.
Habis olahraga tentu perut lapar. Untungnya Aku bawa mie goreng buatan ibu dengan porsi yang seambrek. Rachel yang hobi bawa nasi goreng buatan mamanya gak mau ketinggalan. Kini ukuran nasi gorengnya gak tanggung-tanggung. Wah.... dunia sungguh indah. Aku, Rachel, Sufro, dan Herdi sibuk berpesta nasi goreng dan mie goreng di dalam kelas. Anak-anak yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Kebanyakan anak cowo masih maen futsal. Yang cewe makan dikantin, dan sebagian ganti baju olahraga. KESEMPATAN EMAS. Kami berempat makan sepuasnya.
Kita berempat makan bersama. Puji syukur tak henti-hentinya terlontar dari mulut kita masing-masing. Bukannya karena apa, para monster PALU pada pergi. Kalau mereka tahu kita bertiga lagi makan-makan, mungkin ceritanya tidak sedamai ini.
Dengan sedikit senda gurau, kita habiskan makanannya. Saking enaknya, dengan menggunakan Boxer spongebob Herdi duduk ala “ORANG KAMPUNG BERJUDI” di atas meja (Kayak gimana tu??). Tidak peduli dengan apa pun dan siapa pun. Tak lama berselang, Pak Pri (Guru Geografi yang super killer) datang dan mengamati ativitas kita bertiga. Beliau hanya diam sambil berkacak pinggang.
Waduh,,, firasatku buruk.
“Haha...ha...haa, lagi makan dengan istri tiga, pak! Haha...ha....haa” dengan mulut penuh nasi goreng dan mie goreng, Herdi berusaha menunjukkan wajah senang dan makmur. Tapi Pak Pri hanya diam dan menggeleng-gelengkan kepala. Perasaanku semakin tidak enak. Kayaknya ada sesuatu yang tidak beres.
“Heh! Dudukmu itu lho..! nongkrong di atas meja.” Pak Pri membentak Herdi. Memang struktur kalimat Pak Pri sederhana. Seakan-akan tidak ada dampaknya. Namun karisma yang dimiliki Pak Pri yang begitu dahsyat, sehingga membuat kami berempat menjadi ciut nyali. Secepat cahaya, Herdi membenarkan posisi duduknya. Tak lam kemudian, Pak Pri meninggalkan Herdi dan istri-istrinya.
“Ha...ha.....ha...” Aku, Sufro, dan Rachel tertawa atau lebih tepatnya menertawakan Herdi yang ke-PD-an. Dia pikir Pak Pri tertarik dengan mie goreng, nasi goreng, atau “istri-istri” Herdi? Padahal Pk Pri hanya memperingatkan posisi duduk Herdi saja. Untungnya Pak Pri hanya memperingatkan melalui perkataan, bukan melalui tindakan. Peuhhh...
Aktivitas Palu
Mengamati. Adalah aktivitas yang sering Aku lakukan. Entah mengapa Aku menyukainya. Mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, atau kejadian di sekitarku. Pernah suatu kesempatan Aku mengamati lumut yang tumbuh subur di dinding luar kamar mandi milik tetanggaku. Tetapi Aku malah dikira ngintip orang mandi. Berikut adalah hasil pengamatanku terhadap anak-anak palu yang ada di kelasi hari selasa, 30 Desember 2008.
1. Yusron, Cinta, Munifa, Hanim, dan Feni asyk menggosipkan Dewi Persik yang baru-baru ini putus dengan orang Malaysia. Gak lama kemudian mereka menggosipkan Asep, mantan menejer Dewi Persik.
2. Bona, Mansyur, Unyil, dan Dolmen asyik main monopoli melalui laptop si Heriyanto.
3. Sufro, Dana, Rifky, Afida, dan Herdi ngumpul2 ngomongin hal2 yang gak jelas. Mungkin saingan dengan kelompoknya Yusron CS.
4. Putri dan Endik lagi dengerin musik lewat headseet. Hemmm.... hati2 cinlok rek.
5. Rizky ngomongin pulsa yang minggu2 ini yang lagi boroz banget.
6. Dan Aku, Aku hanya mengamati mereka.
Dan di lain kesempatan.....
7. Herdi kentut di hadapanku, Rachel, dan Putri. Mungkin sekali lagi dia kentut, dapat satu payung cantik.
8. Jumat, 6 Maret 2009 Herdi kentut di depanku!! Saat di kelas hanya ada Aku, Afidah, dan Unyil. Dengan wajah penuh kemenangan dia bersorak gembira.
9. 18 maret 2009, Dolmen divonis menderita sakit buta warna parsial. Aku kira dokter salah mendoagnosa, menurut saya Dolmen bukan buta warna, tapi bingung warna,,, hwawa.
10. Sabtu, 14 Maret 2009, Intan bawa beberapa baju untuk dia jual. Dengan wajah lugu, ntu anak bilang kalau baju yang dia jual udah sempat dia pake saat les... ih... seketika teman2 langsung ilfil.
Sepatu Ajaib
Baru kali ini Aku melihat sepatu yang begitu besar. Sepatu itu milik Mansur. Tak pasti berapa ukurannya. Yang jelas dua kakiku bisa masuk ke dalam salah satu sepatunya. Suatu hari ada kejadian aneh. Salah satu sepatu milik Sufro hilang.
“Dosa apa aku, sampe-sampe sepatuku diembat orang” grutunya sambil mengutuk dirinya. Sufro bingung mencarinya. Bolak-balik dari kelas ke Laboratorium Komputer. Tapi hasilnya nihil. Aku juga tak jauh berbeda dengannya. Juga bingung mencari sepatu Sufro. Memang jika berada di laboratorium komputer harus melepas sepatu. Alhasil kita kerap kali hampir pingsan lantaran mencium bau kaos kaki teman-teman.
Hampir menangis aku mencari sepatu itu. Mulai dari temapt sampah, genting laboratorium komputer, sampe ruang guru. Menuduh mulai dari Dana, Anang, Dolmen, Rifky dan adik-adik kelas yang lewat. Tetap saja gak ada.
Kami berdua lelah, kami berdua capek, kami berdua kecewa, dan kami berdua menangis. Tak ada tanda-tanda keberadaan sepatu itu. Sudahlah... biarkan semuanya berlalu. Di antara kegundahan hati Sufro, ada suara yang teriak..
“A**m, sepatu siapa ini masuk ke dalam sepatuku?” kata seorang yang tidak asing lagi. Aku dan Sufro seketika menoleh ke arah sumber suara. Tepat seperti apa yang aku duga. Suara merdu itu milik Mansur. Dengan bersungut-sungut mengeluarkan sepatu yang bertengger di dalam sepatunya.
Tanpa ba..bi..bu, Sufro menerjang!
“Itu sepatuku, kok bisa masuk di sepatumu? Haha..hah..” Sufro langsung tertwa melihat sepatunya telah ditemukan, apalagi di dalam sepatu Mansur. Aku juga tak henti-hentinya tertawa. Sufro memang berhati mulia. Dia tidak menuduh bahwa Mansur yang menyembunyukannya, buat apa? Sepatunya lebih fenomenal bila dibandingkan dengan sepatu milik Sufro. Pasti ada orang lain, tapi entahlah. Dia tidak ingin berburuk sangka dengan orang lain.
Dari sepatu Mansur dan Sufro, kita beralih ke sepatu Arlina. Sudah jadi budaya jika salah satu di kelas kita memiliki sepatu baru, semua anak akan berebut “berkenalan” dengan sepatu baru tersebut. Cara bekenalannya cukup menyebalkan. Menginjak sepatu baru sambil teriak tak berdosa “Wah, sepatu baru ya? kenalan dong!”. Kalau aku gak terima diperlakukan seperti itu. Sudah tahu jika sepatu baru dan pastinya masih bersih malah diinjak-injak. Itu pun gak hanya satu atau dua orang, hampir yang lihat kalau ada sepatu baru pasti mengambil kesempatan itu.
Budaya menginjak sepatu yang baru membuatku mulai berpikir yang tidak-tidak. Merasa hidupku penuh dengan ancaman dan was-was. Membuat hati ini tidak tenang. Aku tidak bisa membayangkan jika aku menggunakan jilbab baru, kemudian teman-teman berburu untuk “berkenalan” dengan jilbabku. Setiap hari aku hanya bisa berdoa “Ya Allah lindungi hamba! Aamiin”.
Kembali pada topik sepatu. Kali ini yang memakai sepatu baru adalah Arlina. Wanita yang anggun dan kalem ini manut-manut saja ketika banyak yang berkenalan. Warna wajahnya seketika berubah menjadi merah seperti udang rebus. Kasihan dia menahan sakit di kakinya. Lagi-lagi aku tidak bisa membayangkan Mansur yang berkenalan dengan sepatu Arlina.
Belum genap sepekan sepatu baru milik Arlina hilang. Entah siapa atau kemana hilangnya. Yang jelas ia hanya menggunakan satu sepatu di dalam kelas. Keesokannya dia beli sepatu baru. Betapa beruntungnya dia, seminggu beli sepatu dua kali. Wuiiiihhhh .... keren!! Dan ternyata beberapa hari kemudian sebelah sepatu Arlina ditemukan di kelas IPS. Tidak mungkin sepatu itu terbang atau berjalan sendiri, tentunya ada yang membawa ke kelas IPS. Gosip-gosipnya sih, anak IPS menemukan sepatu itu di luar jendela. Mungkin cukup lumayan buat lempar-lemparan di kelas. Yang jelas Arlina kini memiliki dua sepatu yang baru.
Napak Tilas BB
Jam 10an pagi, Aku ada janji dengan Sufro untuk ketemuan dengan anak PALU di Banyu Biru. Biasa,,,, agenda tahunan. Reuni kelas jika terasa kangen berat. Tapi sekarang sudah jam 10 lebih, aku masih berkutat dengan bumbu yang harus dihaluskan. Memang benar jika ibu menyuruhku ke tukang halusin bumbu. Lebih hemat energi. Namun harus menunggu lama sekali. Kali ini aku tidak membawa buku atau HP seperti biasanya, untuk membunuh waktu luang. Pengalaman kemarin telah membuatku sadar. Antri menghaluskan bumbu harus berdiri dan terus menunggu giliran kapan bumbu kita akan dijamah. Kalau tidak mau kau menunggu lebih lama karena antriannya direbut orang. Tidak ada pilihan, tidak ada kerjaan. Kali ini aku hanya bisa memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Hingga aku melihat sosok yang terasa familiar. Postur tubuhnya seperti orang yang pernah aku lihat. Tapi entah siapa?? Lama berpikir akhirnya ketemu juga. RAGA. Temen sekaligus tetangga Putri. Haha.... bagaimana dia yah? Apakah masih memiliki perasaan dengan Putri. SO COOL... SO LAME.... WHATEVER (hwehe... baru nonton “im not stupit too”)
Benar sekali, Sufro SMS aku kalau dia udah berangkat. Aku hanya bisa nyengir kuda. Cucian seambrek lagi aku rendam. Siapa yang mau nyuciin? Gak lama kemudian Sufro telphon pake HP Rifky. Kayaknya udah ada yang pada datang. Tunggu nduk. Im coming. Tapi nyuci kali ini bener-bener ngebut.
Begitu masuk area BB, aku melihat Sufro, Putri, Dolmen, Herdi, dan Unyil.
Herdi dan Rifki masih kering, rupanya mereka belum berenang. Lain halnya dengan yang lain, mereka sudah basah kuyup, bahkan sudah menggigil kedinginan. Ngobrol ngalor ngidul tanpa arah. Aku memang lagi males berenang, alhasil Aku hanya melihat dari pinggir kolam saja. Aku ingat dengan adeknya Herdi yang bandel sampai sering gak naik kelas. Ada cerita baru lagi tentang dia.
“Kelas berapa sekarang dia Her?”
“Hahaha.... adikku hebat. Dari kelas tiga SD, sekarang dia udah SMP, bahkan baru masuk SMP saja sudah kelas dua.” Herdi menjelaskan dengan wajah cengengesan.
Kami merenung sejenak. Mencerna apa yang baru saja dikatakan Herdi. Memang benar jika gaya bicara Herdi seperti orang dewasa (maksudnya kayak emak-emak) pilihan katanya unik dan menggelitik. Ibarat gaya bicara kita masih 15 tahun, sedangkan gaya bicara Herdi sudah 25 tahun. Bahkan Aku sering mendengarkan apa yang Herdi katakan diucapkan oleh tetanggaku yang lagi diskusi. (maksudnya menggosip hehe).
Lantaran belum bisa terpecahkan, Aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Tunggu, Adikmu masih di kelas tiga esde, trus tahun ini sudah masuk esempe, dan duduk di bangku kelas dua esempe?” jelasku.
“Iya,” jawabnya tanpa ragu
“Lha, koq bisa?”
“Lha iya lah... lah wong ibukku punya banyak link. Yang lucunya, bikin ijazahnya di tempat yang nyontek masal kemaren. Hahaa...” jelasnya lagi.
“Subhanallah.. akselerasi ya tingkat tinggi..”
Haahahhhhaaaa kami pun tertawa.
BIURRRRR.... Dolmen menceburkan diri ke dalam kolam, di susul dengan Unyil, Putri, dan Sufro lalu Herdi dan Rifky. Ciprat-cipratan air sambil ketawa-ketawa terlihat menyenangkan. Ah, jadi pengen berenang juga. Nah lho? Siapa yang guyon ama Dolmen?? “RAGA”. Ya... Allah, tuh anak yang aku lihat di jalan tadi. Kok ada di sini? Ngapain? Apa sama Putri? Hemmm bodo!!! Ngapain ngomongin dia.
Kali ini aku sukses menjadi FOTOGRAFER, yang moto’in tuh bocah-bocah yang lagi berenang. Sambil ngobrol lagi.
“Eh, beli bakso yuk!”Ajak Rifki
“Di mana?” tanya Sufro
“Di Rejoso” jawab Rifky
“Berapa seporsi?” tanya Sufro lagi
“lima Ribu, tujuh ribu sama es campurnya” jawab Herdi. Dia merasa mampu menjawab pertanyaan itu.
“Enakan di depan rumah Herdi.” Kata Rifky
“Lha, di situ gak ada es campurnya” serang Sufro
“Ya, es campurnya beli, nanti dibawa ke situ” balas Rifky dengan konsep barunya.
“Rifky dasar PKK. Pemuda Kebanyakan Konsep.” Kataku pada Rifky.
“Lho, hidup itu butuh konsep, agar bisa menyusun masa depan.” Jelas Dolmen, sepertinya dia sudah menyusun konsep hidupnya matang-matang.
“Sama ajah bohong kalo konsep doang, tidak ada realisasinya.” Jawab Aku.
“hemmm... iki lho mahasiswa yang ngomong” kata Rifky, memberikan angin kebanggaan kepada Dolmen sebagai mahasiswa jurusan hukum kewarganegaraan.
“Kalau Gue sih, hidup itu seperti air, mengalir saja.” kata Herdi sambil berjalan di kolam yang dangkal dengan menggunakan pelampung di pinggangnya. Tuh bocah masih tetep sarap kayaknya.
“Itu berarti gak punya pendirian, ikut arus.” Jawab Unyil, sudah ku duga, dia adalah orang yang paling bijaksana di PALU.
Ngobrol ngalor ngidul lagi, kali ini tidak lagi membahas tentang bakso. Temanya berganti dengan.... JODOH. Rifky cerita kalo pernah ditawarin anaknya masinis.
“Dasar Bapak gila tuh, gak tahu apa susahnya Ibu yang melahirkan, eh malah anaknya ditawarkan ke orang lain” protesku. Sufro hanya terpingkal-pingkal.
”Hahahah... kayaknya anaknya banci. Mangkanya ditawarin ke kamu.” Jawab Unyil, lagi-lagi jawabannya bijaksana. (Pokoknya kalo Unyil ngomong dibuat bijaksana wes).
Lain lagi dengan Herdi. Bisa ditebak, gaya bicaranya. Dia menarget akan nikah di usia 27 tahun. Wuhhhh,,,, tua banget. Alasannya gini,,,
“Nikah sebelum dapat pekerjaan enaknya satu bulan setelah menikah. Habis itu, mertua ngomel-ngomel suruh cari kerjaan deh...”. kata Herdi sambil ngomel-ngomel. Kayak udah pernah nikah ajah.
Palu Roadshow
Sebelumya, saya ucapkan selamat hari raya idul fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan batin. Senin, 5 Agustus 2011, kami para palu comunity memiliki agenda tahunan yang tidak boleh ditinggalkan. Silaturahim atau lebih teptnya kumpul-kumpul. Meskipun sering tertunda, tapi alhamdulillah tetap terlaksana juga. Kali ini acara kumpul-kumpul di tempat Rahel. Lumayan banyak yang datang. Ketika aku sampai di sana, sudah ada Cinta, Intan, Rizki Tofani, Heriyanto, Dolmen, Endik dan couple. Tak lama berselang ada Herdi datang dengan suara yang khas. Apa itu? Kali ini bukan kentutnya.
CETARRRRRRR....
Suara apa itu?
Firasat Dolmen buruk.
Benar saja, Herdi berulah.
Herdi memecahkan spion imut milik Dolmen.
(Maaf, karena ga segera nulis lagi, jadi kelupaan deh ceritanya...)
Komentar
Posting Komentar