Cuap-cuap: Jadikan Aku Kayang-Kayangmu



Pasuruan, 22-9-2013
22:43 WIB
Memories of As-Syfa..



Dinginnya Malang di malam hari, sekitar beberapa minggu sebelum pernikahan Ukhty Sari Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang angkatan 2009. Ada yang heboh dan kepo banget dengan berita pernikahan akhwat UM 2009. Siapa lagi kalo bukan si Yesti. Hhe.. Kok jadi kangen kamu Yes..

“JADIKAN AKU KAYANG-KAYANGMU!”

Entah dari mana cerita ini bermula, yang jelas waktu itu aku tertidur. Pusing membuatku merebahkan diri di kamar kontrakan yang berukuran 4x2 meter. Meskipun jam dinding masih menunjukkan setengah sembilan malam, aku tidak peduli. Sudah menjadi kebiasaan jika kepalaku mulai terasa pusing, obatnya hanya satu, yaitu tidur.
Dalam tidurku yang nyenyak, tiba-tiba terdengar sosok di sampingku. Dia duduk memanggil namaku sambil menggoyang-goyangkan lenganku.
“Ling.. Ling.. Bangun Ling!” kata sosok itu. Antara ada dan tiada, aku membuka mata berusaha mengenal sosok yang menyebut-nyebut namaku. Tunggu...tunggu...! hanya ada satu orang di dunia ini yang memanggil diriku “Ling-ling” yang berarti guling.
Benar saja, Yesti si anak Balikpapan itu sudah duduk di sampingku. Oh Tuhan, ada apa dengan makhluk satu ini. Urusan apa yang membuatnya sampai “bela-belain” pergi ke kontrakanku malam-malam begini.
“Ada apa Yesti?” tanyaku sambil duduk mengumpulkan kekuatan.
“Ling, kamu mau menikah ya?” tanya Yesti to the point. Wajahnya dipenuhi  tanda tanya dan ketegangan. Mataku yang dari dulu sipit, kini terbelalak dan menyala. Yesti telah sukses membuat pusingku berganti jantungan. Ingin rasanya aku merebahkan tubuh dan tidur lagi. Membiarkan Yesti tenggelam di antara tanda tanya yang menggunung. Tapi wajah melasnya membuat aku tak sampai hati melakukannya.
“Kata siapa Yes? Alhamdulillah kalau ada yang mau ngajak aku nikah.” Kataku mantap. Dan aku baru sadar jika statmenku tersebut menimbulkan kesan bahwa aku bujang lapuk he..he..he.
“Wardah bilang kalau ada akhwat UM 2009 yang mau menikah bulan Juni 2013 ini. Apakah benar itu kamu?” tanya Yesti nyerocos. Aku jadi bingung menerjemahkan wajah Yesti kali ini. Antara sedih dan berseri-seri.
“Enggak Yes, bukan aku yang menikah. Aku juga enggak tahu siapa yang mau menikah di antara angkatan 2009.” Jawabku sambil menunduk tanda berpikir keras.
“Siapa ya? Wardah sendiri tidak mau memberitahu secara langsung siapa yang aka menikah.” Gerutu Yesti.
“Astaga, jangan-jangan Sari yang akan menikah, soalnya dia yang paling cantik di antara kita.” Aku cukup sadar jika alasanku tersebut tidak berdasar. Tapi itu murni hasil berpikir kerasku.
“Hahahha.. Bisa jadi... bisa jadi.....” Yesti tertawa lepas.
Sari adalah akhwat Teknik Informatika asal Bali. Saya rasa semua orang setuju jika Sari akhwat paling cantik, manis, pinter, kalem, dan baik hati di antara akhwat 2009. Bisa jadi para pria juga setuju dengan pernyataan itu.
“Ling.....” kata Yesti menggantung.
“Ada apa Yes?” tanyaku. Aku mencium gelagat mencurigakan.
“Kalau kamu sudah mulai gitu-gituan, cerita sama aku ya!” Wajah Yesti berubah memelas. Hampir empat tahun mengenal Yesti, tentunya aku sedikit paham dengan gaya komunikasinya. “Kasih tahu aku jika kamu mulai proses ta’arufan” kira-kira begitulah terjemahan dari kata “gitu-gituan”.
“Tenang Yesti, aku pasti memberi tahu kamu.” Jawabku penuh kebijaksanaan sambil memeluknya. Kami memang bisa dikatakan sahabat. Sering jalan berdua dengan tujuan tidak jelas, mengerti satu sama lain meski kadang banyak gak ngertinya, dan menerima apa adanya walau memang gak ada apa-apanya.
Bagaimana tidak, beberapa orang sering mengeluh lantaran tidak nyambung saat berbicara dengan Yesti. Entah mengapa hal demikian bisa terjadi. Mungkin adanya perbedaan asumsi sehingga terjadi ketidaknyambungan. Anehnya, Aku dan Yesti tidak merasakannya. Kami begitu nyambung dan tidak ada masalah dalam hal komunikasi. Atau kemungkinan buruknya, aku dan Yesti sama-sama manusia aneh yang hanya bisa dimengerti dua orang saja.
“Oh ya, kalau kamu menikah, jadikan aku kayang-kayangmu ya!” Pinta Yesti sambil melepas pelukan.
“Hahaha...” Tanpa dikomando, aku tertawa lepas. Penyakit jantungan akibat tuduhan Yesti bahwa aku akan segera menikah, mendadak jadi sembuh. Benar-benar tidak terpikir olehku dia mengeluarkan kosakata semacam itu. “Maksudmu dayang-dayang kah? Atau pagar ayu dalam pernikahan adat Jawa?” Tanyaku mempertegas harapan Yesti.
“Eh Iya, maksudku itu, hahaha.....” Jawabnya sambil tertawa dan senyum malu-maluin. Dia tidak mampu menutupi pipinya yang kini berubah menjadi merah bak kepiting rebus.
“Hahaha... tenang saja, jangankan kayang-kayang, goyang kayang juga aku setujui.” Kami berdua kembali tertawa. Hemmm.... hiburan gratis, gumamku dalam hati.
Tak lama setelah tertawa terpingkal-pingkal, wanita yang jago bela diri itu, aku tendang dari peraduanku. Tega-teganya dia mebangunkan tidurku di malam hari lantaran gosip pernikahan. Tapi aku cukup insyaf bahwa dia begitu peduli denganku. Buktinya dia menanyakan apakah kabar bahagia itu bersumber pada diriku. Tapi maaf kawan,  Allah belum menyatukan pemilik tulang rusuk itu denganku. Semoga saja kita diberikan yang terbaik. Amin. Untuk Ukhty Sari, semoga diberikan kebahagiaan dunia akhirat, sakinah, mawadah, dan warohma. Denger-denger kita mau punya keponakan nih! Heheh .... Ya.., semoga Allah memberi putra yang sholih dan sholiha. Amin.
 
Terajut indahnya ukhuwah antara dua manusia yang diberi kelebihan oleh Allah, yaitu saling mengerti di antara keterbatasan (makna sebenarnya: manusia aneh. Heheheh :))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Cerpen Karya Sirikit Syah

CERPEN: MELUKIS BIDADARI

NOSTALGI(L)A PUTIH ABU-ABU