September (Semoga) Ceria

               Wah sudah lama gak nulis di blog. Alhamdulillah, Alloh masih memberi kesempatan buatku untuk lebih belajar lagi tentang bagaimana bersyukur itu. Ya, Bulan September yang (semoga) ceria, adalah salah satu bentuk khusnudhonku padaNya. Di mana Alloh memberi sentilan untukku agar lebih banyak instropeksi diri.
                Di mulai dari kegalauan untuk pindah sekolah. Setahun ini aku bekerja di SD yang gak jauh dari rumah. Ijazah yang gak linier membuatku berpikir untuk mencari sekolah SMA tau SMP. Pucuk dicinta ulam pun tiba. SMAN 1 Lumbang membutuhkan guru Bahasa Jawa. Tak apalah, saya mencoba melamar ke sana. Singkat cerita, aku diterima di sana dan melepas SD yang setahun ini menjadi tempatku bekerja.
                Tak mudah berada di sekolah yang baru. Tantangannya adalah lokasinya yang berada di dataran tinggi alias daerah pegunungan. Tak masalah aku masih bisa menjangkaunya dengan motor pinjaman kakak. Namun, daerah yang sepi dan rawan membuatku sedikit ketar-ketir. Alhasil sepanjang jalan kupacu motor pinjaman dengan kecepatan 80km/jam. Tentulah itu efek waspada yang berlebihan karena baru-baru ini temanku yang asli tinggal di sana mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Motor dan tas yang berisi barang berharga di rampas oleh kawanan perampok.
                  Latar belakang pendidikanku adalah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, tentu berbeda dengan Bahasa Jawa. Entahlah, berdosa atau tidak, saya yang sejak SD selalu kesulitan dengan bahasa Jawa meski orang Jawa asli. Saya tidak pernah mendapat nilai 8 atau 9 dalam pelajaran itu, kini harus mengajarkannya. 
                 Galau mulai menjalariku. Lokasi yang jauh, keamanan yang kurang, dan latar belakang pendidikan menjadi beban buatku. Ya, ini bulan September. Bulan galau bagiku yang kesulitan unuk memecah kebuntuan. Penyesalan tentu ada. Dan di sinilah aku mulai perpikir. Tentu orang yang dekat dengan Tuhannya tidak akan mengalami kegalauan yang begitu maha dahsyat. Karena apa? Kegalauan itu diciptakan oleh dirinya sendiri. Bisa jadi orang lain merasa nyaman jika mengalami hal yang sama denganku. Astagah!! mungkin benar aku mualai menjaga jarak denganNya. Mungkin saja kadar keimanan ini mulai terkikis oleh maksiat-maksiat kecil yang tanpa sengaja aku lakukan. 
                Dan di sinilah aku berada. Di bulan September yang ceria. Mulai menata diri dan perbaiki diri. Mendekat padaNya, meminta padaNya, dan belajar bahasa Jawa tentunya (Siapa tahu dapat jodoh daerah Jawa alus,,, Aamiin,, hehhe). Alloh tentu memiliki rencana indah jika kita berkhusnudhon padaNya. Aku simpulkan saja demikian. Karena apa? Karena Alloh seseuai dengan prasangka hambanya. Dan inilah September Ceriaku :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Cerpen Karya Sirikit Syah

CERPEN: MELUKIS BIDADARI

NOSTALGI(L)A PUTIH ABU-ABU