Karena Selalu Ada Kesempatan Kedua

Judul                : Pesantren Impian
Penulis            : Asma Nadia
Tahun Terbit : 2014
Penerbit          : AsmaNadia Publishing House
Tebal                : 314 halaman
  
            Belum lama ini saya sudah menandaskan novel berjudul Pesantren Impian karya Asma Nadia. Bukan karya terbaru memang, terbit tahun 2014. Namun novel tersebut baru-baru ini telah menjadi bahan perbincangan. Novel Pesantren Impian telah diangkat ke layar lebar dan mulai tayang 3 Maret 2016 lalu. Sedihnya, hingga detik ini saya belum bisa nonton gara-gara bioskop di sekitar rumah belum bisa menayangkan. Maklum bioskop kecil, yang diputer cuman film box office. Trus kapan bisa nonton? ga papa deh, nunggu tayang di RC*I atau SC*V. Kesalahan memang. Sedikit curhat, novel ini menjadi teman baik saya saat 2 minggu harus bed rest karena serangan tipes (deuh gak kerennya).
            Pesantren Impian, mengisahkan gadis-gadis dengan masa lalu yang beraneka ragam. Secara misterius mendapat undangan untuk tinggal di Pesantren Impian yang berada di Pulau Lhok Jeumpa Aceh.  Mereka yang jenuh dengan kehidupan sebelumnya yang gelap, tidak menampik tawaran tersebut. Sissy dan Inong, mereka kakak beradik meskipun bukan saudara kandung. Sissy model cantik yang bergelimang harta. Ayah dan ibunya tak pernah peduli dengannya. Sejak usia 14 tahun sudah terlibat dengan narkoba. Rini, sempat mencoba bunuh diri namun gagal. Kehamilannya menjadi penyebabnya. Dia tidak pernah tahu laki-laki yang telah merenggut mahkotanya. Butet, pernah terlibat drugs dealer dan debt collector. Dia merupakan kaki tangan mafia narkoba. Yanti pernah dirawat di klinik rehabilitasi bagi pecandu. Masih ada Si kembar Sinta dan Santi, Ita, Iin, Ina, Evi, Ipung, Sri, Yanti. Dan selanjutnya Eni, polwan yang menyamar demi mengungkap kasus pembunuhan di Tiara Hotel Medan. Dan pembunuh tersebut adalah salah satu di antara mereka. 
             Hari-hari yang mereka lalui sungguh menyenangkan. Mereka disibukkan dengan aktivitas positif dan tentunya semakin mendekatkan padaNya. Dari mereka sudah ada banyak perubahan. Namun ketenangan sedikit terusik saat satu dari gadis-gadis itu dibunuh. Keamanan Pesantren Impian mulai terancam. Pembunuh misterius masih berkeliaran di Pesantren Impian. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Monggo dibaca novelnya atau tonton filmnya.
            Bagian paling penting dari sebuah cerita adalah pesan yang ingin disampaikan penulis. Bagi saya, Asma Nadia berusaha menyampaikan pesan bahwa kesempatan kedua itu selalu ada. Meskipun yang dilalui tidak semulus jalan tol. Penulis meyakinkan wanita-wanita yang terlanjur “hancur” entah karena narkoba atau pergaulan bebas, mereka masih memiliki harapan untuk bisa berubah atau bermetamorfosis walau tak sempurna, setidaknya menjadi lebih baik. Di Pesantren Impian itulah, kesempatan kedua bagi gadis-gadis dengan masa lalu kelam bisa bangkit dari kubang gelap. Meski niatan tersebut sempat surut oleh teror pembunuhan. Ya, butuh tenaga ekstra untuk mendapatkan kesempatan kedua.
            Pembelajaran bagi saya pribadi, novel Pesantren Impian mengingatkan kembali bahwa sosok wanita memiliki tugas yang tidak mudah. Sering saya mendengar wanita atau ibu adalah madrasah ula yang artinya ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak sebelum mendapatkan pendidikan yang lain. Wanita yang memahami tugasnya dengan baik, tentu  akan melahirkan generasi penerus bangsa yang baik pula. (hehe.. serius banget bacanya)
            I get it mbak Asma. Susah bener  ya jadi wanita. Dituntut jadi sekolah pertama dan utama. Padahal waktu kecil tidak semua wanita mendapatkan pendidikan baik dari kedua orang tua. As we know, kita tidak bisa memilih dilahirkan orang tua yang seperti apa. Andai bisa memilih? Jangan bersedih atau balas dendam jika belum mendapatkan pendidikan yang baik. Yang jelas, terus persiapkan diri untuk menjadi ibu atau ayah yang baik untuk anak-anak kelak. Semangat!

Pesantren Impian, teman yang baik buat menemani saat sakit :p


Poster film Pesantren Impian










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Cerpen Karya Sirikit Syah

CERPEN: MELUKIS BIDADARI

NOSTALGI(L)A PUTIH ABU-ABU